Hutan di Pontianak Terbakar

Kesulitan Menangani Kebakaran karena Minimnya Sumber Air


KESULITAN - Petugas kesulitan memadamkan titik-titik api kebakaran hutan akasia, tidak jauh dari kompleks perumahan Bali Agung 3, di Jalan Perdana, Pontianak, Senin (14/9), lantaran sulit mendapatkan sember air. Musim kemarau menjadi salah satu penyebab, sumber-sumber air di Kota Pontianak mengering. UMAR FARUQ

Tiba-tiba saja, udara di Kota Pontianak memedihkan mata. Padahal,  sejak pagi tadi, Senin (14/9), asap mulai mereda. Namun menjelang sore, asap menyebar ke mana-mana. Rupanya, sebagian hutan di Jalan Perdana, kembali terbakar.
Kondisi itu jelas membuat Ema kaget. Pasalnya, satu di antara warga kompleks perumahan Bali Agung 3, di Jalan Perdana, Pontianak ini, tinggal tidak jauh dari hutan yang sedang terbakar.
“Tiba-tiba saja muncul asap,” ujar Ema.
Sebelumnya, Ema dan warga sekitar telah mengetahui jika area hutan tersebut dibakar oleh orang tak dikenal. Akan tetapi, warga tidak terlalu khawatir lantaran lokasi pembakaran masih jauh dari area pemukiman.
“Warga tahunya, ada lahan dibakar di daerah Parit Demang, sejak seminggu lalu,” bebernya.
Wajar, jika sebagian warga di sana terkejut pada kepulan asap yang dengan cepatnya, mengabutkan kawasan di pemukiman padat penduduk itu.
“Baru sekarang, apinya menyebar sampai ke sini,” ucapnya.
Senada dengan Ema, Ketua RT setempat, Rizal, menjelaskan bahwa lahan yang terbakar merupakan milik perorangan, yakni warganya. Namun, dia menjelaskan lahan warganya terbakar disebabkan api yang merembet dari arah Parit Demang.
Rizal juga memastikan, bukan warganya yang membakar lahan lantaran warga sekitar sepakat untuk mengawasi potensi terjadinya pembakaran lahan.
“Saya bisa pastikan bukan warga di sini yang membakar. Kami sudah sepakat untuk menjaga terjadinya potensi kebakaran. Asap muncul dari arah Parit Demang,” terangnya.
Untuk ‘mengasapi’ Kota Pontianak, sepertinya tidak perlu kiriman asap dari kabupaten lain. Cukup dengan kebakaran hutan yang berada di antara Jalan Perdana dan Parit Demang, yang berjarak kurang lebih tiga kilometer ini, hampir sebagian daerah kota kembali ke status darurat kabut asap.
Namun, jika di area kebakaran terdapat sumber-sumber air, mungkin kejadiannya akan berbeda.
Ini terbukti, beberapa petugas pemadam kebakaran kala itu, terlihat kesulitan memadamkan titik api terutama dari dalam hutan. Sehingga, hanya di tepian hutan saja, titik api bisa dipadamkan.
“Kalau ada sumber air, mungkin cepat ditanggulangi,” kata Alan, salah satu petugas pemadam kebakaran.
Tidak dipungkiri, musim kemarau memperparah penanganan bencana kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah di Kalimantan Barat.
Andai saja, pemerintah dengan sigap mengantisipasi bencana musiman ini, dengan berbagai solusi, seperti normalisasi sumber-sumber air atau pengadaan sumber air baru di antaranya pembuatan sumur, mungkin penangan kebakaran lahan akan mudah diatasi.
Sementara itu, Syamsul, seorang mahasiswa yang menyaksikan proses pemadaman kebakaran hutan tersebut, mengatakan pentingnya hydrant sebagai media penanganan cepat kebakaran, di lingkungan pemukiman penduduk.
Menurutnya, seringkali proses pemadaman kebakaran terkendala oleh sumber air yang minim. Maka dari itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak khususnya, perlu memikirkan langkah ini.
“Ini tugas Pemkot untuk memikirkan penanganan cepat pada kebakaran. Hydrant sepertinya solusi tepat. Apalagi, kebakaran hari ini sudah mendekati lingkungan warga padat penduduk,” jelasnya. (umar faruq)

0 Response to "Hutan di Pontianak Terbakar"

Post a Comment