Konsolidasi Radio Komunitas Se-Kalbar








Kampanyekan Pelestarian SDA dan Ketahanan Pangan

SISTEM INFORMASI DESA - Muda Mahendrawan saat menyampaikan pentingnya sistem informasi desa dalam memenuhi hak informasi publik, kepada jurnalis warga dan pegiat radio komunitas, dalam kegiatan Konsolidasi Radio Komunitas Se-Kalimantan Barat, My Home Hotel Pontianak, Selasa (7/7). UMAR FARUQ

Banyak cara mengampanyekan pelestarian sumber daya alam (SDA) dan peningkatan ketahanan pangan, di antaranya dengan media.
Hal itu dilakukan oleh sebagian komunitas masyarakat atau secara perorangan di beberapa kabupaten kota di Kalbar, yang tergabung ke dalam radio komunitas (Rakom) dan jurnalisme warga.
Itulah sekelumit gambaran dari kegiatan Konsolidasi Rakom se-Kalbar, yang diadakan oleh Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional (LPS-AIR), di My Home Hotel, Pontianak, Selasa-Rabu (7-8 Juli).
Direktur LPS-AIR Demanhuri mengatakan, kegiatan ini bertujuan memperkuat  konsilidasi  antar rakom Kalbar dan identifikasi permasalahan yang dialami dalam manajemen radio.
“Intinya untuk konsolidasi antar rakom. Selain itu, bertujuan meningkatkan dalam mengampanyekan pelestarian sumber daya alam dan peningkatan ketahanan pangan,” terangnya, Selasa (7/7/2015).
Dijelaskan Demanhuri, rakom sangat diperlukan sebagai media informasi untuk mengkampanyekan perlindungan sumber daya alam dan pangan.
Hal ini dikarenakan rakom mampu menyentuh semua lapisan masyarakat dan mampu menjangkau masyarakat yang mempunyai keterbatasan seperti wilayah pedalaman yang sulit dijangkau informasi media cetak dan televisi.
Kemampuan rakom dalam menyajikan isu lokal, sambungnya, berkaitan sumber daya alam dan pangan harus mampu merubah pola pikir pendengarnya.
“Hanya beberapa radio yang bisa dikatakan sebagai penyedia informasi dan wahana diskusi masyarakat,” tutur ketua Jaringan Radio komunitas (JRK) Kalbar ini.
Di antara rakom yang tergolong eksis, terang Demanhuri, sebut saja Suar Voice di melawi dan Gema Solidaritas di Ketapang.
“Mulai dari wacana gobal warming hingga korupsi SDA, disiarkan oleh Gema Solidaritas,” tukasnya.
Tidak hanya rakom, sebut Demanhuri. Beberapa jurnalis warga di daerah memiliki andil dalam memberitakan berbagai informasi lokal.
“Di antaranya, jurnalis warga Kota Singkawang yang memberitakan sekelompok nelayan melakukan pelestarian alam yakni konservasi mangrove, hingga masuk nominasi penerima penghargaan Kalpataru. Di Bengkayang, jurnanalis warganya mengabarkan tentang SDA yaitu buah tengkawang dan manfaatnya,” ujarnya.
Sebagai narasumber di kegiatan tersebut, Muda Mahendrawan menyampaikan dalam pembangunan sebuah negara, satu di antaranya yang harus terpenuhi adalah sistem informasi desa.
Menurutnya, upaya memajukan negara oleh pemerintah dinilai terbalik. Pasalnya, jika negara berkembang sudah menerapkan sistem informasi mulai dari tingkat desa, ternyata daerah terpencil di Indonesia tidak demikian.
“Di Indonesia masih banyak daerah pedalaman yang sulit mendapatkan akses informasi, termasuklah di Kalbar,” sebut Direktur Institut Indonesia Moeda (INSTIM) ini.
Dengan adanya sistem informasi desa, terangnya, ke depan desa akan maju. Namun, realitanya desa mulai ditinggalkan warganya. Urbanisasi dari desa ke kota seakan-akan sudah menjadi tren.
“Penguatan suatu negara itu dimulai dari desa. Kalau masyarakat desa berbondong-bondong pindah ke kota, mungkin alasan pekerjaan atau memang lahan di desa sudah dikuasai korporasi, bagaimana negara ini bisa maju,” ujarnya.
Maka itu, informasi sangat penting dalam kemajuan sebuah negara. “Salut untuk teman-teman pegiat rakom dan jurnalis warga yang aktif memberikan informasi,” ucapnya.
Ketua Ambawang Community (Amcom), Mahfud mengatakan ketahanan pangan di Kalbar cukup rendah yakni faktor lahan yang sudah mulai sedikit. Selain itu, generasi muda yang ingin menjadi petani pun tidak banyak.
“Saat ini para petani banyak dari orang tua. Setelah mereka sudah tidak bisa bekerja, ya tidak ada lagi penerusnya,” tukasnya.
Hal ini, lanjut Mahfud, disebabkan juga faktor orang tua. Sebagaimana survey Bappenas di 2012 lalu.
“Sempat survey bersama Bappenas. Ternyata orangtua yang petani tidak menginginkan anaknya jadi petani juga. Mereka lebih menginginkan anaknya menjadi pegawai. Wajar kalau ketahanan pangan kita lemah,” pungkasnya. (umar faruq)

0 Response to "Konsolidasi Radio Komunitas Se-Kalbar"

Post a Comment