Berburu Kepiting Bakau

Air Laut Pasang, Warga Manfaatkan untuk Memancing

HASIL PANCINGAN – Karim (15) bersama adiknya Robi (10) menunjukkan kepiting bakau yang dipancingnya. Meski mendapatkan ukuran kecil, di saat air laut pasang, hasil yang didapat bisa belasan sampai puluhan ekor kepiting. UMAR FARUQ

Ada pemandangan menarik ketika kita melintasi jalan raya yang menghubungkan dua desa, Sengkubang dan Semudun, Kabupaten Mempawah. Hampir di setiap parit kecil di pinggir jalan, tidak jauh bibir pantai, ditemukan beberapa orang sedang memancing.
Ini bukanlah sebuah event lomba memancing, melainkan aktivitas musiman saat air laut pasang. Di mana, kala air laut masuk mengaliri parit-parit kecil, di saat itulah waktu yang tepat bagi warga berburu kepiting bakau atau dalam bahasa ilmiahnya disebut scylla serrata, dengan cara dipancing.
Demikian juga yang dilakukan Dedi (21), pemuda asal Semparung, Desa Semudun, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah. Menurutnya, aktivitas memancing kepiting di parit-parit kecil yang ada di pinggir jalan raya, sudah menjadi kebiasaan warga yang tinggal di dekat daerah pesisir.
“Dari anak kecil hingga orang tua pun turun pergi memancing kepiting,” ujarnya, Kamis (16/7).
Bagi pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan ini, memancing kepiting yang ia lakukan bersama tiga saudara kandungnya, hanya sebatas untuk mengisi waktu libur. Namun ada juga warga memancing kepiting untuk dijual.
“Mumpung lagi libur dan air laut sedang pasang, jadi kami gunakan memancing kepiting. Hasilnya nanti buat dimasak di rumah. Tapi ada juga warga yang menjualnya ke pasar. Sekilonya bisa Rp 30 ribu,” terangnya.
Memancing kepiting lumpur atau bakau di parit, lanjut Dedi, tidak bisa setiap hari. Menurutnya, kepiting lebih banyak di saat air parit tercampur dengan air laut.
“Kalau air paritnya tawar, kepiting sulit ditemukan. Kepiting bakau itukan lebih senang dengan air tawar yang tercampur dengan air asin,” sebutnya.
Sedangkan, untuk membedakan air laut pasang atau tidak, imbuhnya, cukup dilihat perubahan warna air parit.
“Untuk membedakan air laut pasang, kita bisa merasakan air di parit, asin atau tidak. Tapi kan jarang yang mau. Untuk itu, cukup lihat warna airnya saja. Kalau warganya seperti warna tanah dan keruh, itu berarti air laut pasang, tapi kalau berwarna antara merah kecoklat-coklatan, itu airnya tawar, air dari hutan,” jelasnya. 
Memancing salah satu biota yang sering ditemukan di kawasan hutan bakau dan estuari (perairan pantai setengah tertutup air laut dan bertemu dengan air tawar) ini, sedikit berbeda dengan memancing ikan. 
Jika ikan menggunakan kail atau mata pancing yang diberi umpan, sedangkan memancing kepiting dengan cara mengikat umpan di ujung tali atau benang.
“Memancing kepiting berbeda dengan memancing ikan. Umpannya cukup diikat, nanti kepitingnya menjepit umpan itu,” tutur Karim (15) adik Dedi.
Dalam memancing kepiting, kata remaja yang baru naik kelas tiga SMP ini, ada beberapa peralatan yang mesti disiapkan. Selain menggunakan benang yang kuat, satu di antaranya benang nilon, joran atau tangkai pancing hendaknya terbuat dari bahan yang lentur.
“Kalau kami di sini menggunakan batang kayu saja, kami memilih kayu-kayu yang lentur. Kalau kepiting menjepit umpan, kelihatan kayunya bergoyang,” terangnya.
Sedangkan peralatan lainnya yang penting, lanjut Karim, jaring ikan atau dalam biasanya warga menyebutnya dengan tanggokkan.
“Kalau tidak menggunakan tanggokkan, kepiting yang menjepit umpan bisa lepas,” ucapnya.
Dalam menggunakan umpan, sambungnya, kebiasaan warga sekitar menggunakan ikan-ikan laut. Menurut Karim, itu yang diajarkan orang-orang tua dulu untuk memancing kepiting.
“Kami pakai umpan ikan malong. Ada juga menggunakan ikan pari. Ikan dipotong kecil-kecil, lalu diikat dengan nilon di ujung benar. Setelah itu ditancapkan, kita hanya memantau saja. Kalau pancing bergerak-gerak, berarti umpan dimakan,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Karim, menurutnya memancing kepiting hanya untuk kesenangan dan mengisi waktu libur sekolah. hasil pancingan pun hanya untuk dimakan bersama-sama.
“Mumpung libur dan air lagi pasang, mancing kepiting saja bersama adik dan abang,” pungkasnya. (umar faruq)

1 Response to "Berburu Kepiting Bakau"