LISTRIK TENAGA SURYA - Panel surya merupakan bagian dari sistem fotovoltaik yang digunakan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan cahaya matahari. IST |
Bisa menghirup udara segar, mendapatkan energi listrik secara gratis, mempunyai cadangan air, dan terpenuhinya sebagian kebutuhan pangan di rumah merupakan mimpi banyak orang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan perkotaan.
Demi mendapatkan udara sejuk dan segar, masyarakat perkotaan memerlukan air conditioner (AC) atau kipas angin untuk merekayasanya. Begitu juga dengan penerangan rumah, memerlukan lampu yang membutuhkan energi listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara untuk mendapatkan air bersih, masyarakat lebih banyak berharap kepada perusahaan air minum yang dialirkan ke rumah-rumah.
Tidak semua masyarakat perkotaan dapat merealisasikan semua kebutuhan itu. Pasalnya, kebutuhan itu tidak bisa didapat secara gratis alias memerlukan biaya.
Derry Gunawan, satu di antara warga Jalan Danau Sentarum, Gang H Rademan, Pontianak, punya solusi untuk semua itu. Ia tengah menerapkan sebuah konsep yang ia namakan Smart House atau rumah pintar.
“Smart house ini diadopsi dari gagasan smart building (bangunan pintar). Maksudnya adalah memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia untuk kepentingan penghuni rumah sendiri,” ujarnya kepada Suara Pemred, Senin (3/8).
Dengan pengetahuan dan pengalaman di dunia arsitektur, pria yang bekerja sebagai Kepala Bidang Penataan Ruang dan Bangunan, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak ini, tengah menerapkan beberapa konsep smart di rumahnya guna meminimalisir kebutuhan sehari-hari.
“Ada beberapa hal yang telah saya terapkan di rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Untuk kebutuhan air, di rumah sudah dibuat sumur dan kolam di dalam rumah. Kami juga siapkan beberapa drum penampung air, jika musim kemarau, air itulah yang kami gunakan,” ungkap lulusan Double Degree ITB dan Rijk Universiteit of Groningen, Belanda, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ini.
Saat ini, kata Derry, sumber air bersih di Kota Pontianak semakin sedikit. Selain berharap dari air hujan, sumber air dari Sungai Kapuas dikhawatirkan kualitasnya.
Tak hanya itu, dengan pekarangan rumah yang tidak begitu luas, Derry bersama istri dan anak-anaknya juga menanam sayur-mayur guna memenuhi kebutuhan sebagian pangan keluarganya. Teknik tanam yang diterapkannya pun merupakan teknik smart, di mana dengan lahan yang tidak begitu luas, mampu menanam tanaman dengan jumlah banyak dengan menggunakan pupuk yang dibuat sendiri.
“Kebetulan kami hobi menanam, jadi kami manfaatkan pekarangan untuk menanam sayur dan buah-buahan dengan metode tanam vertikultura. Sedangkan pupuk yang digunakan adalah pupuk dari sampah dapur yang kami olah sendiri. Hasilnya lumayan untuk dinikmati buat keluarga,” terangnya.
Pria yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Pontianak ini menambahkan, pengalamannya belajar di luar negeri kemudian mengasah kreatifitasnya dalam memanfaatkan potensi alam yang ada. Di Belanda misalnya, untuk mendapatkan energi listrik memanfaatkan kincir air dan angin.
“Sumber angin di Belanda sangat besar, jadi di sana untuk mendapatkan energi listrik dengan menggunakan kincir,” ucapnya.
Untuk di Indonesia, khususnya di Kalbar, imbuh Derry, seharusnya pemerintah mampu memanfaatkan listrik tenaga surya yang selanjutnya dapat diterapkan kepada masyarakat.
“Indonesia inikan negara dengan iklim tropis di mana intensitas sinar matahari cukup stabil. Jika hanya memanfaatkan listrik dari PLN, sedangkan bahan bakarnya dari bahan yang tak bisa terbaharui yaitu minyak bumi dan batubara, nantinya energi listrik sulit didapat dan tentunya biaya yang akan dikeluarkan mahal,” jelasnya.
Kendati di tempat tinggalnya belum menerapkan listrik tenaga surya karena biaya pengadaan yang cukup mahal, ke depan Derry akan merealisasikan guna meminimalisir biaya yang mesti dikeluarkannya.
“Untuk itu kita sejak saat ini sudah mesti menghemat listrik. Agar lebih hemat, kita bisa gunakan listrik tenaga surya yang sumbernya tidak akan habis. Siang hari kita gunakan sinar matahari sebagai sumber penerangan di rumah. Untuk malamnya, tinggal gunakan alat listrik tenaga surya,” harapnya.
Ia berharap ada seseorang yang mampu membuat alat penyerap sinar matahari sebagai energi listrik yang bisa digunakan oleh masyarakat.
“Sementara ini, alat listrik tenaga surya didatangkan dari luar negeri, dan permintaannya belum begitu banyak jadi wajar harganya mahal. Semoga saja di Indonesia bisa memproduksi dengan jumlah besar yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan harga terjangkau,” tuturnya. (umar faruq)
0 Response to "Terapkan Smart House di Perkotaan"
Post a Comment