Sisi Lain di Karnaval Khatulistiwa

Tuah Keramaian bagi Juru Parkir dan Pedagang Asogan


BERJUALAN – Bambang sedang berjualan bakso Malang, di tengah ramainya acara Karnaval Khatulistiwa, Sabtu (22/8). Kendati sebatas karyawan dagang, keuntungan yang didapat di acara tersebut, cukup memuaskan. Semangkuk bakso yang dijualnya, Bambang mendapatkan keuntungan 25 persen dari hasil penjualan. UMAR FARUQ

Hampir di setiap sudut pusat Kota Pontianak, sejak Sabtu pagi (22/8), dipadati warga. Dari anak kecil hingga orang dewasa. Tidak hanya warga Pontianak saja, masyarakat dari setiap kabupaten dan kota di Kalimantan Barat hingga perwakilan provinsi se-Indonesia, tumpah ruah menjadi satu guna menyaksikan Karnaval Khatulistiwa, yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan beberapa pejabat negara lainnya.
Pada malam harinya, Kota Pontianak masih dipenuhi warga. Pasalnya, setelah disuguhi semaraknya karnaval, warga kembali dihibur dengan aksi panggung penyanyi-penyanyi kenamaan asal ibukota, yang dipusatkan di Taman Alun Kapuas.
Sebuah even yang dihadiri oleh ramainya warga, akan memunculkan berbagai pandangan dan komentar dari setiap orang. Mungkin ada yang berpandangan, keramaian merupakan penyebab kemacetan. Terlebih lagi jika keramaian tersebut berada di pusat kota dengan menggunakan fasilitas-fasilitas umum.
Namun kegiatan yang berdampak pada kemacetan itu, akan terlontar pandangan berbeda terutama dari mereka yang berprofesi sebagai juru parkir dan pedagang asongan.
Sebuah keramaian bagi kedua profesi tersebut, merupakan salah satu berkah lantaran banyaknya warga yang berkumpul serta kendaraan yang datang, menjadi sumber mata pencaharian besar bagi mereka.
Satu di antara pedagang asongan, Bambang, penjual bakso malang dengan cara dipanggul, contohnya. Dengan adanya keramaian, itulah saat yang tepat baginya untuk mendapatkan keuntungan dari hasil berjualan yang lebih besar.
“Saat seperti inilah, pedagang asongan seperti kami bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Kalau di hari lain, susah mendapatkan keuntungan seperti hari ini,” ujar pria asal Malang ini.
Pria yang datang ke Pontianak sejak dua tahun lalu, mengatakan datang ke Pontianak untuk bekerja.
Soal pekerjaan apa yang nantinya akan dilakukan, ia cuma bermodalkan nekat. Belum tahu apa yang akan dikerjan.
Setelah beberapa waktu, akhirnya ia menemukan pekerjaan dengan menjadi karyawan penjual bakso Malang keliling.
Soal pembagian hasil, katanya, tidak tetap. Tergantung seberapa kuat dirinya berjalan sembari memanggul asongan.
“Keuntungan yang diberikan pemilik untuk kami, 25 persen dari hasil penjualan. Semangkuk bakso harganya Rp 10 ribu. Untuk hari ini, mulai dari jam 12 sapai sekarang (17.00 WIB), sudah laku 80 mangkuk,” bebernya sambil tersenyum sumringah karena sudah mendapatkan untuk yang banyak.
Di acara karnaval hari itu, Bambang mampu mendapatkan keuntungan Rp 200 ribu, hanya dalam waktu tiga jam. Jika saja di dalam sepekan, setidaknya empat hari saja diisi dengan acara keramaian, ucap Bambang, sangat dimungkinkan pekerjaan sebagai karyawan bakso Malang, cukup menjanjikan.
Tuah dari sebuah keramaian tidak hanya dirasakan oleh pedagang asongan. Juru parkir adalah profesi yang paling besar mendapatkan hasil dari keramaian tersebut.
Dengan berbekal sedikit keahlian, minimal memposisikan kendaraan agar terparkir rapi kemudian menjaga keamanannya, setiap orang bisa mendapatkan imbalan.
“Memang tidak besar untuk hari biasa. Satu motor hanya seribu. Tapi kalau ada acara seperti ini, kami akan meminta imbalan yang lebih. Biasanya dua ribu, bahkan tukang parkir yang lain bisa sampai lima ribu,” ujar Salman, pria asal Jeruju.
Di saat keramaian seperti acara hiburan, selain panitia, juru parkir adalah orang yang termasuk sibuk. Sibuk menyusun letak kendaraan yang terkadang berjubel. Namun itulah rejeki mereka.
Saking banyaknya, seringkali juru parkir kewalahan, walaupun di lokasi parkir, ada beberapa juru parkir lainnya.
“Memang kalau kendaraan banyak, uang yang didapat otomatis banyak juga. Tapi saking banyaknya, kami kewalahan. Tidak ada tempat lagi untuk motor,” ungkapnya.
Bersama lima orang temannya, Salman sejak pagi sudah berada di pinggiran ruas jalan pertokoan, di Jalan Nusa Indah, tidak jauh dari lokasi karnaval.
Sampai pukul lima sore, Salman mengaku mendapatkan imbalan hingga dua jutaan. Sangat besar bagi pekerja yang hanya menyusun dan menjagakan kendaraan.
Salman menyebutkan, area parkir yang digunakan bersama teman-temannya lumayan luas. Selain itu, imbalan yang ditetapkannya juga bervariasi. Dari dua ribu hingga lima ribu.
“Kalau sebentar Cuma dua ribu. Tapi kalau lama, yang punya kendaraan kami minta sampai lima ribu. Kan yang parkir di sini banyak. Seharusnya bisa bergantian parkir motor dengan orang lain. Karena lama, dua kali lipat kami minta,” kilahnya.
Dari hasil menjadi juru parkir, Salman mengatakan hasilnya dibagi rata. “Hasil parkir kami bagi rata. Tapi itu di luar makan dan rokok yang uangnya juga diambil dari uang parkir,” pungkasnya. (umar faruq)

0 Response to "Sisi Lain di Karnaval Khatulistiwa"

Post a Comment